Ternyata Ulama Tong Sam Cong
Minimal
ada 3 alasan yang menguatkan argumen bahwa beliau adalah seorang muslim
yang taat lagi saleh, sehingga sela bersusah payah selama 17 tahun
mengembara untuk menjemput kitab suci di Barat setelah mendengar berita
dari
para pedagang jalur sutera (jalur perdagangan sutera telah
berlangsung sebelum Masehi).
Pertama : Wilayah Barat/She Thien itu Arab, sedangkan India /Thien Tok itu Selatan dan perjalanan 17 tahun mencari kitab suci itu dari Timur (Propinsi Zhe Jiang) ke Barat lewat Ta Li Muk Phen Ti/Se Chou Ce Lu/Jalur Sutera (Xin Jiang di wilayah Barat daratanCina ).
Perjalanan
ini dilakukan setelah pemuda alim tersebut mendapatkan kabar berita dari
para pedagang lintas benua/para pedagang jalur sutera membawa berita
bahwa di Barat sama telah atau baru turun kitab suci, maka berangkatlah
beliau dari tanah kelahirannya, Propinsi Zhe Jiang (Cina bagian Timur)
menuju Barat (tanah Arab). Lewat Gansu lalu ke Xin Jiang, disitu ada Fo
Yen San/Flamming Mountain/gunung api bagian Barat Cina, yang kita
ketahui bersama bahwa 99,99% penduduk Propinsi Xin Jiang (sekarang)
beragama Islam.
Pertama : Wilayah Barat/She Thien itu Arab, sedangkan India /Thien Tok itu Selatan dan perjalanan 17 tahun mencari kitab suci itu dari Timur (Propinsi Zhe Jiang) ke Barat lewat Ta Li Muk Phen Ti/Se Chou Ce Lu/Jalur Sutera (Xin Jiang di wilayah Barat daratan
Kedua : Jarak Ulama Tong (abad ke
7 M) dan Budha Sidharta Gautama (5 abad SM) +- 1200 tahun, jadi tidak
bisa dikatakan baru lagi sebab sudah lebih dari seribu tahun.
Ketiga :
Ajaran Budha Gautama sudah masuk ke daratan Cina sebelum Tat Mo Co
Su/Bodhi Dharma/Zen yang juga dari India, bukti Tat Mo Co Su ada di kuil
Shaolin gunung Shiong San Propinsi Henan. Berarti jalur Cina – India
sudah ada sebelum perjalanan Tong, yaitu dari arah Selatan negeri Cina.
Jadi untuk apa memutar begitu jauh lewat Utara baru ke Selatan sedangkan
alat transportasi dahulu hanya unta, kuda atau keledai.
Apakah Tong begitu bodoh?
Saya tidak percaya itu.
Apakah Tong begitu bodoh?
Saya tidak percaya itu.
Adapun
hari ini kita membaca atau menonton kisah Kera Sakti pada perjalanan
Tong Sam Cong itu hanyalah kisah fiktif yang disuguhkan oleh penulis
yang bertujuan untuk menentang atau menyindir pemerintahan bangsa
Mancuria pada saat itu yang sedang memerintah Cina.
Jadi pada
cerita
Kera Sakti ada monyet, babi dan kerbau itu sebenarnya tidak ada
sama sekali/bohong besar dan ingat, di Jepang cerita ini menjadi Son
Goku atau Dragon Ball. Sekarang malah cerita Kera Sakti di ceritakan di
Amerika .
Ingat, salah satu cara/bentuk penjajahan kebudayaan atau
sejarah adalah lewat cerita/komik .
Seperti Sisingamangaraja XII dan Pattimura yang beragama Islam/muslim tapi selalu di gembar-gemborkan bukan muslim, demikian juga dengan perlawanan Wong Fei Hung yang muslim dkk melawan penindasan Mancuria pada bangsa Han di Cina, ini bisa terjadi juga karena kesalahan kita umat muslim yang tidak peduli dengan saudaranya yang lain. Ini disebabkan pendapat yang salahantara
suku dan agama (Assobiah dan
Tauhid).
Seperti Sisingamangaraja XII dan Pattimura yang beragama Islam/muslim tapi selalu di gembar-gemborkan bukan muslim, demikian juga dengan perlawanan Wong Fei Hung yang muslim dkk melawan penindasan Mancuria pada bangsa Han di Cina, ini bisa terjadi juga karena kesalahan kita umat muslim yang tidak peduli dengan saudaranya yang lain. Ini disebabkan pendapat yang salah
Di akhir cerita Kera Sakti, tidak diceritakan kitab apa
yang diambil atau di peroleh, sebab kalau produser mau menceritakan
sejarah yang sebenarnya bahwa kitab yang mereka cari adalah Alquran,
maka akan bubarlah keyakinan non Islam dari agamanya yang sekarang dan
cerita/film tersebut tidak akan lalu terjual sehingga produser film
tidak akan dapat memperoleh keuntungan alias
rugi.
Sebab umumnya
orang Han/orang keturunan Cina tidak akan tertarik menontonnya karena
tidak sesuai dengan kepercayaannya dan umat Islam pun belum tentu akan
tertarik menontonya karena masih ada masalah kesukuan/assobiah sebab
datang dari daerah Timur/Cina bukan dari Barat/Arab serta masalah ilmu
Tauhidologi.
0 komentar:
Posting Komentar